Ikhlas

"Aku bertanya kepada Jibril AS tentang ikhlas, 'Apa itu ikhlas?' Lalu Jibril berkata, 'Aku bertanya kepada Tuhan Yang Maha Suci tentang ikhlas, apa sebenarnya ikhlas itu?' Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjawab, 'Suatu rahasia dari rahasia-Ku yang Aku tempatkan di hati hamba-hamba-Ku yang Kucintai.'" (HR. Al-Qazwini, riwayat dari Hudzaifah).

"Sesungguhnya Allah tidak menerima suatu amal perbuatan, kecuali yang murni dan hanya mengharap ridha dari Allah." (HR. Abu Daud & Nasa’i).

أَلنَّاسُ كُلُّهُمْ هَلْكَى إِلَّا العَامِلُونَ وَالعَامِلُونَ كُلُّهُمْ هَلْكَى إِلَّا العَالِمُونَ وَالعَالِمُونَ كُلُّهُمْ هَلْكَى إِلَّا المُخْلِصُونَ وَالمُخْلِصُونَ عَلَى خَطَرٍ عَظِيمٍ فَإِنَّ المَغْرُورَ هَالِكٌ وَالمُخْلِصَ الفَارِّ مِنَ الغُرُورِ عَلَى خَطَرٍ فَلِذَٰلِكَ لَا يُفَارِقُ الخَوْفُ وَلْحَذَرُ قُلُوبَ أَوْلِيَاءِ اللَّهِ أَبَدًا

Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa ikhlas adalah melakukan segala sesuatu dengan niat yang murni untuk mendekatkan diri kepada Allah, jauh dari segala bentuk ketidakmurnian selain taqarub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah).

Karakteristik ikhlas menurut Al-Ghazali adalah:

  1. Mendekatkan diri kepada Allah;
  2. Mencari keridhaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Dalam kitab Al-Risalah Al-Qusyairiyyah, Dzun Nun al-Misri menyebutkan bahwa ada tiga tanda keikhlasan seseorang:

  1. Menganggap pujian dan celaan sama. Seseorang yang betul-betul ikhlas akan bersikap sama ketika menerima pujian maupun celaan. Ia tidak akan terpengaruh oleh kedua hal tersebut. Baginya, apapun yang dilakukan adalah semata-mata karena dan untuk Allah.

  2. Melupakan amal baik. Keikhlasan berarti seseorang melakukan kebaikan untuk orang lain dan memberikan manfaat, namun ia sendiri melupakan dan tidak mengingat apa yang telah dilakukannya. Inilah tanda seseorang yang ikhlas, yaitu tidak pernah mengingat amal baik yang telah dikerjakannya.

  3. Melupakan hak amal baiknya untuk memperoleh pahala di akhirat. Orang yang ikhlas adalah orang yang hanya menginginkan pahala amal di akhirat, bukan di dunia. Ia tidak mengharapkan imbalan atau balasan atas amal baiknya di dunia ini.

Dalam beribadah, keikhlasan adalah kunci utama. Bahkan, Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam mengibaratkan amal ibadah seperti tubuh tanpa nyawa. Sementara ruh dari amal ibadah tersebut adalah keikhlasan. Oleh karena itu, setiap amal ibadah yang dilakukan tanpa keikhlasan, maka amal ibadah tersebut dianggap mati karena tidak memiliki ruhnya.

"Semua orang binasa, kecuali orang-orang yang beramal. Semua orang yang beramal binasa kecuali orang-orang yang berilmu. Semua orang yang berilmu binasa kecuali orang-orang yang ikhlas, dan orang-orang yang ikhlas terancam bahaya besar. Sesungguhnya orang yang terpedaya binasa, sedangkan orang yang ikhlas yang lari dari keterpedayaan tetap terancam bahaya. Oleh karena itu, rasa takut dan waspada tidak pernah berpisah dari hati para wali Allah sama sekali."

إِنَّ المُخْلِصُونَ عَلَى خَطَرٍ عَظِيمٍ

Seperti orang yang bersedekah harus menjaga keikhlasannya sampai ia mati. Karena salah satu yang bisa menghancurkan amal sholeh adalah الندم (penyesalan) atas amal shaleh. Maka dari itu, amal orang yang murtad habis semua, walaupun ia selama puluhan tahun melakukan ibadah secara ikhlas.

إِنَّ أَكْثَرَ شُهَدَاءِ أُمَّتِي أَصْحَابُ الفُرُشِ وَرُبَّ قَتِيلٍ بَيْنَ الصَّفَّيْنِ، اللَّهُ أَعْلَمُ بِنيَّتِهِ

Umat akhir zaman bisa mengejar umat pada masa awal Islam dengan niat, contohnya, jika seseorang berniat, "Seandainya saya hidup bersama Rasul, maka setengah hartaku akan saya serahkan kepada Rasulullah."

إِن يُرِيدَآ إِصْلَٰحًۭا يُوَفِّقِ ٱللَّهُ بَيْنَهُمَآ

"Jika keduanya bermaksud melakukan islah (perdamaian), niscaya Allah memberi taufik kepada keduanya."

عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي غَزَاةٍ، فَقَالَ: «إِنَّ بِالْمَدِينَةِ لَرِجَالًا مَا سِرْتُمْ مَسِيرًا، وَلَا قَطَعْتُمْ وَادِيًا، إِلَّا كَانُوا مَعَكُمْ حَبَسَهُمُ المَرَضُ». وَفِي رِوَايَةٍ: «إِلَّا شَرَكُوكُمْ فِي الأَجْرِ». وَعَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: رَجَعْنَا مِنْ غَزْوَةِ تَبُوكٍ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: «إِنَّ أَقْوَامًا خَلَفَنَا بِالْمَدِينَةِ مَا سَلَكْنَا شِعْبًا وَلَا وَادِيًا إِلَّا وَهُمْ مَعَنَا; حَبَسَهُمُ العُذْرُ».

"Dari Abu Abdullah, Jabir bin Abdullah al-Ansari Radhiyallahu 'Anhuma, ia berkata: 'Kami bersama Nabi SAW dalam sebuah peperangan, lalu beliau bersabda: 'Sesungguhnya di Madinah ada lelaki-lelaki yang tidaklah kalian tempuh perjalanan atau menyusuri lembah melainkan mereka bersama kalian, mereka tertahan oleh sakit.' Dalam riwayat lain, 'Mereka menyertai kalian dalam pahala.' Dan dari Anas Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata, 'Kami kembali dari Perang Tabuk bersama Nabi SAW. Beliau bersabda, 'Ada kaum yang kita tinggalkan di Madinah, yang mana tidaklah kita lalui daerah dan lembah melainkan mereka bersama kita. Mereka tertahan oleh uzur.'"

Niat Menggunakan Minyak Wangi:

  1. Meniru Rasulullah SAW
  2. Menutup pintu ghibah
  3. Agar harum di sekitarnya
  4. Menghilangkan bau badan

قال الشافعي: "من زاد ريحه زاد عقله" "Barangsiapa yang menambah wanginya, maka akan bertambah pula akalnya."

 Niat Membaca Sholawat: 

(Meskipun ringan, namun dengan niat yang baik, pahalanya besar.)

  1. Menjunjung tinggi perintah Allah.
  2. Cinta kepada Rasulullah SAW.
  3. Rindu kepada Rasulullah SAW.
  4. Membesarkan hak Rasulullah SAW.
  5. Cinta kepada keluarga Rasulullah SAW.

وقال بعض السلف: "رَبُّ عَمَلٍ صَغِيرٍ تُعَظِّمُهُ النِّيَّةُ وَرَبُّ عَمَلٍ كَبِيرٍ تُصَغِّرُهُ النِّيَّةُ."
(Artinya: "Terkadang sebuah amal kecil dapat menjadi besar karena niatnya, dan terkadang sebuah amal besar menjadi kecil karena niatnya.")

وقال الثوري: "كَانُوا۟ يَتَعَلَّمُونَ النِّيَّةَ لِلْعَمَلِ كَمَا يَتَعَلَّمُونَ الْعَمَلَ."
(Artinya: "Mereka (para salaf) mempelajari niat untuk amal sebagaimana mereka mempelajari amal itu sendiri.")

وقال بعض العلماء: "اطْلُبِ النِّيَّةَ لِلْعَمَلِ قَبْلَ الْعَمَلِ، وَمَا دُمْتَ تَنْوِي الْخَيْرَ فَأَنتَ فِي خَيْرٍ."
(Artinya: "Carilah niat untuk amal sebelum melakukan amal, dan selama kamu berniat untuk berbuat baik, maka kamu berada dalam kebaikan.")


Contoh dalam Kehidupan Sehari-hari:

  • Menunggu Isya setelah Maghrib: Jika seseorang menunggu waktu shalat Isya setelah shalat Maghrib, maka dia selalu dalam keadaan beribadah kepada Allah.

وقال أبو هريرة:
"يُبْعَثُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَىٰ قَدَرِ نِيَّاتِهِمْ."
(Artinya: "Mereka akan dibangkitkan pada Hari Kiamat sesuai dengan niat mereka.")

Contoh Niat dalam Kehidupan:

  1. Orang yang tidur di kasur empuk: Meskipun ia tidur di kasur yang empuk, namun jika sebelum tidur ia bercita-cita untuk mati syahid jika diberi kesempatan, maka di akhirat ia akan dikumpulkan bersama orang-orang yang mati syahid.
  2. Wanita yang belum menikah: Ada seorang wanita yang belum menikah, tetapi di akhirat ia akan dikumpulkan bersama wanita yang berbakti kepada suami, karena ia berniat jika menikah, ia akan berbakti kepada suami.

نِيَّةُ الْمُؤْمِنِ خَيْرٌۭ مِّنْ عَمَلِهِ
(Artinya: "Niat seorang mukmin lebih baik daripada amalannya.")
Karena niat itu adalah amal hati (أعمال القلوب), maka niat lebih utama daripada amal lahir (amal dzahir). Hati adalah tempat pandangan Allah.

قالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:
"إِنَّ اللَّهَ لا يَنْظُرُ إِلَىٰ أَجْسَامِكُمْ وَلَا إِلَىٰ صُوَرِكُمْ وَلَٰكِنْ يَنْظُرُ إِلَىٰ قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ."
(HR. Muslim)
(Artinya: "Sesungguhnya Allah tidak melihat tubuh kalian, dan tidak pula melihat rupa kalian, tetapi Allah melihat hati dan amal kalian.")

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنْ أَتَىٰ اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
(Artinya: "Pada hari itu, harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih.")
(QS. Asy-Syu'ara: 88)

Hadis:
"Akan dikeluarkan dari neraka orang yang di dalam hatinya ada iman meskipun hanya seberat biji sawi."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Jadi, hati yang menjadi standar utama di akhirat kelak.


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلَا خُلَّةٌ وَلَا شَفَاعَةٌ
(Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli, tidak ada lagi persahabatan, dan tidak ada lagi syafa'at.")
(QS. Al-Baqarah: 254)

Ayat ini ditujukan kepada orang yang beriman. Keimanan itu ada di dalam hati, dan amal hati memiliki pengaruh yang besar terhadap amal dzahir (amal lahir). Sebagai contoh, ketika kita menyebut seseorang dengan identitas tertentu, misalnya mengatakan "dia adalah orang yang pincang," hal ini bertujuan untuk menjelaskan kondisi seseorang agar orang lain bisa memahami dengan jelas. Ini menunjukkan bahwa niat dan maksud hati mempengaruhi cara kita berkomunikasi dan beramal.

نويت بهذه الصدقة كما نوى عباد الله الصالحون

" Saya niatkan dengan sedekah ini sebagaimana niat hamba-hamba Allah yang shalih."

نويت بهذه الصدقة كما نوى الفقيه المقدم (المنهج السوي)
" Saya niatkan dengan sedekah ini sebagaimana niat seorang faqih terkemuka

Niat Sedekah antara lain: 

  1. نية امتثال أمر الله
    Niat untuk melaksanakan perintah Allah.

  2. نية إظهار شكر نعم الله
    Niat untuk menunjukkan rasa syukur atas nikmat Allah.

  3. نية زيادة النعمة من الله
    Niat untuk menambah nikmat dari Allah.

  4. نية تطهير المال من الشبهة
    Niat untuk membersihkan harta dari keraguan.

  5. نية إزالة البخل من القلب
    Niat untuk menghilangkan sifat kikir dari hati.

  6. نية إطفاء غضب الله
    Niat untuk memadamkan kemarahan Allah.

  7. نية إدخال السرور في قلب أخيه المسلم
    Niat untuk memasukkan kebahagiaan ke dalam hati saudara Muslim.

  8. رجاء بركة الصدقة بحسن الخاتمة
    Harapan untuk mendapatkan berkah sedekah dengan akhir yang baik.

  9. دفع البلاء
    Menolak musibah.

  10. حفظ الفقير من غيبته
    Melindungi orang miskin dari aibnya.

  11. تيسيره على الطاعة
    Mempermudahnya dalam ketaatan.

  12. أداء حق الفقير
    Menunaikan hak orang miskin.

  13. إزالة حب المال من قلبه
    Menghilangkan cinta terhadap harta dari hatinya.

  14. إغراء حبه في قلبه
    Menguatkan cintanya di dalam hatinya.

  15. إدخال السرور لرسول الله
    Memasukkan kebahagiaan kepada Rasulullah.

  16. الاستثارة من النار
    Menjauhkan diri dari api neraka.


نية طلب العلم

  1. إمتثال أوامر الله ورسوله
  2. زيادة في الذاكرة
  3. تعلم أحكام الإسلام
  4. الأخذ عن العلماء الربانيين في السنة والسيرة
  5. طلب الفتاوى الشرعية من العلماء الراسخين في العلم
  6. الإقبال على العبادات
  7. إصلاح الأحوال بين الناس من الصلح والجوار، فإن العالم أعظم حقا على الناس في أن يكون خيرا للناس وأرفق به
  8. طلب العلم النافع والفقه قال عمر بن الخطاب - رضي الله عنه -: إن الرجل ليخرج من منزله وعليه من الذنوب مثل جبال تهامة، فإذا سمع العلم خاف ورجع وتاب فانصرف إلى منزله وليس عليه ذنب
  9. طلب رضا الله سبحانه وتعالى
  10. استماع كلام الله ورسوله والأولياء والصالحين

Niat Menuntut Ilmu

  1. Mematuhi perintah Allah dan Rasul-Nya
  2. Peningkatan daya ingat
  3. Mempelajari hukum-hukum Islam
  4. Mengambil ilmu dari ulama yang ahli dalam sunnah dan sirah
  5. Mencari fatwa hukum dari ulama yang kokoh ilmunya
  6. Bersemangat dalam ibadah
  7. Memperbaiki hubungan antar manusia seperti perdamaian dan ketetanggaan, karena seorang ilmuwan memiliki hak yang paling besar atas manusia untuk menjadi kebaikan bagi mereka dan bersikap lembut kepada mereka
  8. Menuntut ilmu yang bermanfaat dan pemahaman yang mendalam Umar bin Khattab ra berkata: "Sesungguhnya seorang laki-laki keluar dari rumahnya dengan dosa sebanyak gunung Tihāmah, lalu ketika ia mendengar ilmu, ia takut, lalu kembali dan bertaubat, kemudian ia kembali ke rumahnya dan tidak ada dosa padanya."
  9. Mencari ridha Allah SWT
  10. Mendengarkan perkataan Allah, Rasul-Nya, para wali, dan orang-orang saleh

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Shalat

Tafakur

Dzikrul Maut