Dzikrul Maut

Tingkatan dalam Mengingat Mati

  1. Orang Awam: Tidak ingin mati karena terlalu terikat dengan kehidupan dunia.
  2. Murid: Takut mati karena menyadari adanya azab kubur dan neraka.
  3. Arif Billah: Rindu mati karena melihatnya sebagai jalan untuk bertemu dengan yang dirindukan, yaitu Allah SWT.

Amalan yang Mengingatkan pada Kematian

  • Mengunjungi Orang Sakit dan Ziarah Kubur
    Amalan ini akan mendatangkan pahala jika disertai dengan mengambil pelajaran (i’tibar) bahwa setiap manusia pasti akan menghadapi kematian. Sebagaimana firman Allah:
    “Wa inna insya Allah bikum laahiqun”
    (Dan sesungguhnya, insya Allah, kami pun akan menyusul kalian).

  • Kematian Sebagai Hadiah Bagi Orang Mukmin
    Orang yang dipenjara akan selalu menantikan kebebasannya. Demikian pula, kematian adalah hadiah bagi orang mukmin karena ia terbebas dari belenggu dunia dan menuju kehidupan abadi di sisi Allah SWT.

  • Keutamaan Kefakiran
    Banyak yang tidak menyadari bahwa kefakiran dapat meringankan hisab di akhirat, karena orang fakir tidak terbebani dengan pertanggungjawaban atas kekayaan yang berat.

Kisah dan Hikmah Mengenai Kematian

  • Doa Umar bin Abdul Aziz
    Umar bin Abdul Aziz pernah berdoa:
    "Ya Allah, jadikanlah kematianku ini yang paling sakit di antara yang lain karena banyaknya dosaku, sehingga dosa-dosaku dapat dihapus oleh-Mu, Ya Allah SWT."

  • Taubat di Zaman Nabi Musa AS
    Pada masa Nabi Musa AS, seseorang yang ingin bertaubat diwajibkan untuk membunuh dirinya sendiri sebagai hukuman. Contohnya adalah ketika Nabi Musa mendapati umatnya menyembah patung sapi. Hukuman tersebut menyucikan dosa besar, serupa dengan hukuman rajam dalam Islam yang bertujuan menyucikan pelaku dari dosa besar.

Pentingnya Persiapan Menghadapi Kematian

Orang yang bijaksana selalu mempersiapkan dirinya untuk menghadapi kematian, karena:

  1. Kematian adalah kepastian.
  2. Waktunya tidak dapat diketahui.
  3. Akhirat adalah tempat tinggal yang abadi.

Bekal untuk Kehidupan Setelah Mati

Seseorang harus mempersiapkan bekal untuk setiap fase kehidupan setelah kematian, seperti:

  • Di Alam Kubur: Apa yang akan menjadi penolong kita?
  • Di Padang Mahsyar: Apa yang akan meringankan perjalanan kita?
  • Saat Hisab di Mizan: Apakah amal baik kita lebih berat dari amal buruk?
  • Di Titian Shirat: Apa yang akan membuat kita selamat melewatinya?

Kesimpulan

Orang yang cerdas tidak akan menyia-nyiakan waktunya di dunia. Sebaliknya, ia akan memanfaatkan waktu untuk memperbanyak amal kebaikan sebagai bekal menuju kehidupan abadi di akhirat.


Mengingat Mati Sebagai Pengingat Diri

Mengingat mati hendaknya dijadikan sebagai bagian dari wirid harian. Hal ini dapat dilakukan dengan membaca ayat-ayat Al-Qur'an yang membahas tentang kematian dan akhirat, atau melalui kitab-kitab yang secara khusus mengupas tema ini.

Ciri-Ciri Hati yang Keras (قسوة القلب)

  1. Tidak terpengaruh oleh nasihat, sekeras apa pun nasihat yang diberikan.
  2. Tidak merasa sedih ketika melihat orang lain bersedih atau mengalami musibah.

Ciri-Ciri Orang yang Waspada Terhadap Kematian

  1. Tidak berani berhutang tanpa alasan yang sangat mendesak.
  2. Senantiasa berusaha membersihkan diri dari dosa dan kesalahan.
  3. Melunasi semua hutangnya, baik hutang harta maupun hutang ibadah (qadha).
  4. Meminta maaf dan kehalalan kepada orang lain atas kesalahan yang pernah dilakukan, seperti ghibah, berbohong, atau perbuatan buruk lainnya.

Orang yang sadar akan kematian akan berusaha untuk tidak meninggalkan urusan yang belum selesai, baik dengan sesama manusia maupun dengan Allah SWT. Dengan demikian, ia siap menghadapi kehidupan akhirat tanpa beban yang tertunda.


Persiapan Menuju Kematian

  1. Menyelesaikan Urusan Harta
    Sebaiknya, masalah harta atau warisan diselesaikan dan dibagi secara adil sebelum kematian tiba. Hal ini mencegah timbulnya perselisihan di antara keluarga yang ditinggalkan.

  2. Mengingat Hadis Rasulullah SAW
    Rasulullah SAW bersabda:
    “Barang siapa mencintai perjumpaan dengan Allah, maka Allah pun mencintai perjumpaan dengannya.”
    (HR. Bukhari dan Muslim)

  3. Rasa Takut Akan Kematian
    Merasa takut akan kematian adalah wajar, tetapi rasa takut tersebut hendaknya menjadi motivasi untuk memperbanyak amal ibadah kepada Allah SWT. Memohon panjang umur diperbolehkan jika niatnya adalah untuk meningkatkan ketaatan kepada Allah. Namun, jika umur yang panjang hanya dihabiskan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, maka itu disebut sebagai "angan-angan kosong".

  4. Kematian Sebagai Pengingat Diri
    Jika Allah tidak menyayangi hamba-Nya, maka Dia akan mencabut nyawanya secara tiba-tiba dalam keadaan bergelimang dosa. Oleh karena itu, persiapan menuju kematian harus selalu menjadi prioritas dalam hidup seorang mukmin.

Menyikapi Kehidupan dan Kematian dengan Bijak

  1. Tidak Mengapa Tidak Ingin Mati
    Seseorang yang tidak ingin mati selama ia berada dalam proses kebaikan tidaklah tercela. Namun, yang dicela oleh Allah adalah mereka yang tidak mau mati karena terlalu nyaman dengan kehidupan dunia dan melupakan akhirat.

  2. Kejujuran dalam Niat Berdoa
    Ketika memohon panjang umur, niatnya haruslah jujur, yaitu untuk meningkatkan ketaatan kepada Allah SWT. Niat ini harus dibuktikan dengan tindakan nyata, di mana mayoritas waktu hidup digunakan untuk ibadah dan amal kebaikan, bukan dihabiskan dalam kelalaian atau kemaksiatan.

  3. Renungan dalam Haul dan Jenazah
    Ketika menghadiri acara haul, kita hendaknya merenungkan bahwa suatu saat kita juga akan berada dalam posisi yang sedang dihauli. Begitu pula, ketika menshalatkan jenazah, bayangkan seolah-olah kita sendiri yang sedang dishalati. Renungan ini dapat memperkuat kesadaran akan kematian dan memotivasi diri untuk mempersiapkan bekal terbaik menuju akhirat.


Menghadapi Kematian dengan Kesadaran

Kematian sering dianggap menakutkan karena:

  1. Pengalaman Baru
    Kematian adalah sesuatu yang belum pernah dialami sebelumnya. Untuk menghadapi ini, Rasulullah SAW mengajarkan doa:
    اللهم أعني على الموت وهونه علي
    "Ya Allah, bantulah aku menghadapi kematian dan mudahkanlah bagiku."

  2. Melihat Malaikat Maut
    Ketika sakaratul maut, seseorang akan berhadapan langsung dengan malaikat maut yang akan mencabut nyawanya.

  3. Godaan Setan
    Pada detik-detik terakhir, setan akan berusaha menggoda manusia agar berpaling dari iman. Oleh karena itu, Rasulullah SAW mengajarkan doa:
    اللهم يا مقلب القلوب ثبت قلبي على دينك
    "Ya Allah, wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu."

Kematian adalah awal dari kehidupan yang sebenarnya. Barang siapa meninggal dalam keadaan baik, kehidupannya setelah itu juga akan baik. Sebaliknya, jika meninggal dalam keadaan buruk, kehidupannya di akhirat pun akan buruk.


Ziarah Kubur dan Mengingat Mati

  1. Ziarah Kubur
    Ziarah ke makam wali membawa keberkahan karena rahmat Allah senantiasa turun kepada wali-wali-Nya. Namun, inti utama dari ziarah kubur adalah mengambil pelajaran (i’tibar). Melihat banyaknya orang berziarah ke makam wali dapat mengingatkan kita bahwa kebaikan akan terus dikenang meski seseorang telah meninggal.

  2. Cara Mengingat Allah, Rasulullah, dan Mati

    • Mengingat Allah: Dengan dzikir seperti “Allah, Allah.”
    • Mengingat Rasulullah: Dengan bershalawat kepadanya.
    • Mengingat mati: Melalui perenungan mendalam, seperti menjenguk orang sakit, berziarah kubur, dan bertafakur tentang hakikat kematian.

Hidup dengan Kesadaran Akan Kematian

Rasulullah SAW bersabda:
“Jika engkau berada di pagi hari, jangan pikirkan bahwa engkau akan hidup hingga sore.”
(HR. Bukhari)

Manfaat kesadaran ini:

  1. Menyegerakan Taubat
    Kesadaran bahwa hidup terbatas mendorong seseorang untuk segera bertaubat atas dosa-dosanya.
  2. Khusyu’ dalam Ibadah
    Menyadari bahwa setiap ibadah bisa menjadi yang terakhir membuat seseorang lebih serius dan khusyu’ dalam beribadah.
  3. Menjauhi Maksiat
    Dengan menyadari bahwa kematian bisa datang kapan saja, seseorang akan lebih waspada terhadap perbuatan dosa.

Pemahaman tentang Dunia dan Akhirat

Perkataan sahabat:
“Beramallah untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup selamanya, dan beramallah untuk akhiratmu seolah-olah kamu akan mati esok.”

  1. Amal untuk Dunia
    Menjalani pekerjaan duniawi dengan perlahan, tenang, dan tidak tergesa-gesa karena dunia ini bersifat sementara.
  2. Amal untuk Akhirat
    Amal untuk akhirat harus disegerakan, karena kematian bisa datang kapan saja. Prioritas hidup harus difokuskan pada amal yang bermanfaat untuk kehidupan akhirat, sebab itulah tempat tinggal yang abadi.

























الدنيا سجن المؤمن

"Dunia adalah penjara bagi orang beriman."
Orang yang dipenjara pasti menunggu saat ia dibebaskan. Maka, hadiah bagi orang beriman adalah kematian, sebagaimana sabda Nabi ﷺ:
تحفة المؤمن الموت
"Hadiah bagi orang beriman adalah kematian."

Banyak orang yang tidak menyukai kefakiran, padahal kefakiran itu justru memudahkan mereka kelak di akhirat.

الموت كفارة لكل مسلم
"Kematian adalah penghapus dosa bagi setiap Muslim."
Oleh karena itu, Umar bin Abdul Aziz berdoa:
"Ya Allah, jadikanlah kematianku ini menjadi kematian yang paling sakit di antara yang lainnya, karena banyaknya dosa-dosaku,"
sembari memohon agar dosanya dihapuskan oleh Allah.

Dulu, pada zaman Nabi Musa, ketika umatnya menyembah anak sapi yang bisa berbicara atas seruan Samiri, mereka diwajibkan untuk bertaubat dengan cara membunuh diri. Begitu juga dalam Islam, ada hukuman seperti itu, yaitu rajam sampai meninggal dunia bagi penzina muhson (yang sudah menikah), dengan harapan bahwa dosanya akan diampuni oleh Allah.


الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
Artinya:
"Orang yang cerdas (sukses) adalah orang yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri, serta beramal untuk kehidupan setelah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT." (HR. Tirmidzi)

Orang yang pintar pasti selalu menyiapkan diri untuk menghadapi kematian karena:

  • Mati pasti datang
  • Mati tidak tahu kapan datangnya
  • Akhirat adalah tempat yang mungkin sangat lama, bahkan selama-lamanya

Maka, orang yang cerdas akan mempersiapkan bekal sebanyak-banyaknya, misalnya untuk:

  1. Alam kubur
  2. Titian Sirath al-Mustaqim
  3. Padang Mahsyar
  4. Hari Hisab

Mereka yang mempersiapkan bekal untuk semua itu adalah orang yang pintar. Kita harus mempersiapkan rumah, kendaraan, dan segala sesuatu yang dibutuhkan di akhirat kelak agar kematian kita menjadi nyaman, karena semuanya telah dipersiapkan sejak di dunia.

ذكر الموت
Mengingat mati hendaknya dijadikan ورد (amalan rutin).

Cara mengingatnya bisa melalui ayat-ayat Al-Qur'an, hadits, atau kitab-kitab yang membahas tentang kematian.

Ciri-ciri hati yang keras (قساوة القلب):

  • Tidak menerima nasihat dengan lapang dada
  • Tidak merasa sedih ketika orang lain sedang berduka

Ciri orang yang waspada terhadap kematian:

  • Tidak berani berhutang (baik kepada Allah maupun kepada manusia)
  • Membayar hutang (qadha), baik berupa puasa yang belum dilaksanakan, sholat yang tertinggal, atau meminta maaf serta menghalalkan orang yang pernah disakiti (agar tidak ada urusan yang belum selesai antara dirinya dengan Allah atau sesama manusia)
  • Membagi harta warisan kepada ahli warisnya sebelum meninggal dunia, agar tidak terjadi perselisihan setelah kematiannya.

Boleh saja seseorang tidak takut mati, tetapi tujuannya harus untuk menambah amal shaleh kepada Allah. Misalnya, berdoa agar diberikan umur panjang dalam taat beribadah kepada-Nya. Namun, kita perlu introspeksi diri, apakah sepanjang umur yang dipanjangkan oleh Allah, kita menggunakannya untuk taat beribadah kepada-Nya atau tidak? Jika tidak, maka panjang umur tersebut hanyalah angan-angan semata (طول الأمل).

Mati itu memang menakutkan karena:

  1. Kita akan menghadapi sesuatu yang belum pernah kita alami sebelumnya.
  2. Kita akan langsung bertemu dengan malaikat maut.
  3. Kita akan langsung berhadapan dengan setan yang akan menggoda kita.

Makanya, Nabi ﷺ selalu berdoa:
اللهم أعني على غمرات الموت أو سكرات الموت
اللهم أعني على الموت و هون علي

  1. Di saat itu, jika kita salah memilih, maka akibatnya bisa sangat fatal. Oleh karena itu, Nabi ﷺ berdoa:
    يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ

Cara untuk mencapai khusyu' dalam ibadah adalah dengan mengingat mati, sebagaimana yang diajarkan dalam hadits Nabi ﷺ:
"صلوا صلاة المودع" (Shallī ṣalāta al-muwaddiʿ)
Atau seperti orang yang melewati jembatan yang sangat tipis dan hampir roboh, maka dia akan berhati-hati untuk mencapai tujuannya.

Perbedaan antara godaan setan dan hawa nafsu adalah sebagai berikut:

  • Godaan setan berusaha agar manusia terjerumus dalam dosa, misalnya dengan berzina tanpa peduli siapa pun yang terlibat.
  • Sedangkan hawa nafsu lebih terfokus pada keinginan tertentu, seperti berzina hanya dengan seseorang yang diinginkan, dan jika tidak ada orang tersebut, maka ia tidak akan berzina.

Contoh lain adalah ketika seseorang karena hawa nafsu lebih memilih untuk mengerjakan sholat dhuha atau amalan sunnah lainnya, sementara sholat wajib justru dia tinggalkan.


اعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأَنَّكَ تَعِيشُ أَبَدًا وَاعْمَلْ لِآخِرَتِكَ كَأَنَّكَ تَمُوْتُ غَدًا
Muhammad Mutawalli asy-Sy’rawi dalam Tafsir asy-Sya’rawi (Akhbarul Yaum, 1991, jilid 3 hal. 1752) terkait dengan tafsir surat Ali Imran ayat 133 menjelaskan sebagai berikut:

الناس تفهمها فهماً يؤدي إلى مطلوباتهم النفسية، بمعنى: اعمل لدنياك كأنك تعيش أبداً: يعني اجمع الكثير من الدنيا كي يكفيك حتى يوم القيامة، وليس هذا فهماً صحيحاً، لكن الصحيح هو أن ما فاتك من أمر الدنيا اليوم فاعتبر أنك ستعيش طويلاً وتستطيع meraihnya di masa depan. أما أمر الآخرة فعليك أن bersegera dalam menggapainya.

Artinya: "Manusia sering kali memahami penggalan hadits yang berbunyi 'Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya' dengan pemahaman yang cenderung menuntut terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan psikologis, yakni untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya dari dunia ini guna mencukupi hidup hingga hari kiamat. Pemahaman semacam itu tidaklah benar. Pemahaman yang benar adalah bahwa jika engkau belum dapat meraih sesuatu dari dunia pada hari ini, maka anggaplah bahwa engkau akan hidup lama dan dapat meraihnya di esok hari. Namun, terkait dengan akhirat, engkau hendaknya bersegera dalam menggapainya."

Yang dibawa saat mati ada tiga perkara:

  1. Perkara Maksiat: Akan menyengsarakan setelah mati.
  2. Perkara Taat: Akan memudahkan setelah mati.
  3. Perkara Mubah: Akan menyusahkan setelah mati. Seperti yang terjadi pada Abdurrahman bin Auf, meskipun beliau mendapatkan harta 100% dari yang halal, namun beliau masuk surga lebih lambat dibandingkan sahabat lainnya, yaitu selama 500 tahun.

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: أَخَذَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم بِمَنْكِبَيَّ فَقَالَ: "كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ." وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُولُ: "إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنتَظِرِ الْمَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ." [رواه البخاري]

Membayangkan bahwa hidup belum tentu sampai besok membawa beberapa keuntungan, antara lain:

  1. Menyegerakan tobat: Menyadari bahwa hidup kita tidak akan selamanya mendorong kita untuk segera bertaubat dan memperbaiki diri.
  2. Khusyu dalam ibadah: Kesadaran bahwa waktu kita terbatas membuat kita lebih fokus dan khusyuk dalam beribadah.
  3. Menghindari perbuatan maksiat: Menyadari bahwa setiap amal perbuatan akan dipertanggungjawabkan, maka kita akan lebih berhati-hati dalam setiap tindakan.

وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ maksudnya adalah bahwa amal baik yang kita lakukan saat sehat akan terus dihitung meski kita sedang sakit. Misalnya, seseorang yang terbiasa bersedekah ketika ia kaya, maka ketika ia jatuh miskin dan tidak mampu, pahalanya tetap tercatat seperti ketika ia masih mampu memberi.

Status kita di dunia memang beragam, seperti PNS, pegawai, pedagang, dan lainnya. Namun, ada dua status yang seharusnya tidak hilang saat kita meninggal dunia, yaitu status sebagai ahli ibadah dan طالب العلم (penuntut ilmu), yang bisa berarti belajar maupun mengajar.

Status ini akan terbentuk sesuai dengan banyaknya waktu yang kita dedikasikan untuknya sepanjang hidup kita.

طول الأمل يمنع خير العمل (Panjang angan-angan menghalangi amal yang baik).

Sebagai contoh, lebih baik melaksanakan sholat witir setelah Isya, karena jika kita menunggu hingga akhir malam, kita tidak dapat memastikan apakah kita masih hidup atau tidak, menurut sebagian ulama.

يَهْرَمُ اِبْنُ آدَمَ وَتَشِبُّ مِنْهُ إِثْنَتَانِ: اَلْحِرْصُ وَالْأَمَلُ (Anak Adam akan menjadi tua, namun dua sifat ini akan tetap muda dalam dirinya: rakus dan panjang angan-angan).

Rasa rakus dan panjang angan ini tidak akan pernah menua, meskipun tubuh sudah tua.

Jika seseorang masih merasa hidup panjang, berarti ia sedang terjerat dalam طول الأمل (panjang angan-angan).

Tidak ada yang salah jika kita memiliki طول الأمل (panjang angan-angan) dengan niat baik, seperti berencana hidup lama untuk memperbanyak amal, bersedekah, dan bertaubat. Namun, jangan meminta panjang umur hanya untuk menjadi bakhil (pelit) atau mengakhirkan taubat.


الزهد في الدنيا قصر الأمل (Zuhud dalam dunia adalah memperpendek angan-angan). Hakikat zuhud menurut Imam Tsauri adalah memperpendek angan-angan dan tidak lagi merasa bahwa umur ini panjang.

Orang yang tidak memiliki dosa tidak akan berangan-angan untuk hidup selamanya. Namun, orang yang banyak dosa cenderung berangan-angan untuk hidup lebih lama.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ (Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa melihat apa yang telah ia persiapkan untuk hari esok).

Apa yang sudah kita persiapkan untuk akhirat?


Mengapa Kita Perlu Mendoakan Orang yang Sudah Meninggal Dunia?

Mendoakan orang yang telah meninggal dunia adalah salah satu bentuk kasih sayang dan kepedulian kita terhadap mereka. Dalam sebuah hadits disebutkan:

مَالْمَيِّتُ فِى القَبْرِ إِلاَّ كَالغَرِيْقِ الْمُتَغَوِّسِ يَنْتَظِرُ دَعْوَةً تَلْحِقُهُ مِنْ أَبٍ أَوْ أُمٍّ أَوْ صَدِيْقٍ فَإِذَا لحَِقَتْهُ كَانَتْ أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا وَ مَا فِيْهَا
(Mayit di dalam kubur itu seperti orang yang tenggelam dalam kesulitan, ia menantikan doa yang sampai kepadanya dari anak, orang tua, atau teman. Jika doa itu sampai kepadanya, maka doa tersebut lebih ia sukai daripada dunia dan isinya). (HR. Al-Baihaqi)

Oleh karena itu, perbanyaklah mendoakan orang yang telah meninggal dunia, seperti doa berikut:

اللّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ
"Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku dan dosa kedua orang tuaku."

Mendoakan orang tua juga memberikan keberkahan dalam hidup kita. Rasulullah SAW bersabda:

إِذَا تَرَكَ العَبْدُ الدُّعَاءَ لِلْوَالِدَيْنِ فُإِنَّهُ يَنْقَطِعُ عَنْهُ الرِّزْقُ
(Bila seorang manusia meninggalkan doa untuk kedua orang tuanya, maka rizkinya akan terputus). (HR. Ad-Dailami)

Rasulullah SAW juga bersabda:

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
(Apabila seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak sholeh yang mendoakannya.) (HR. Muslim)

Sedekah untuk Orang yang Telah Meninggal Dunia

Selain doa, sedekah untuk orang yang telah meninggal dunia juga memiliki pahala yang besar. Dalam kitab Durrotun Nasihin disebutkan:

تصدقوا على أنفسكم و على أمواتكم و لو بشربة ماء. فإن لم تقدروا على ذلك فبأية من كتاب الله تعالى. فإن لم تعلموا شيئا من القرآن فادعوا لهم بالمغفرة و الرحمة فإن الله وعدكم الإجابة.
(Bersedekahlah untuk dirimu sendiri dan untuk orang-orang yang telah meninggal, walaupun hanya dengan seteguk air. Jika tidak mampu, maka bersedekahlah dengan satu ayat dari Al-Qur'an. Jika tidak mampu membaca Al-Qur'an, maka berdoalah memohon ampunan dan rahmat bagi mereka. Sesungguhnya Allah telah berjanji untuk mengabulkan doa kalian.)

Dalam hadits lain disebutkan:

تَصَدَّقْ عَلَى مَوْتَاكَ فَإِنَّ اللهَ تَعَالَى قَدْ وَكَّلَ مَلَائِكَةً يَحْمِلُوْنَ صَدَقَاتِ الْأَحْيَاءِ إِلَيْهِمْ فَيَفْرَحُوْنَ بِهَا أَشَدَّ مَا كَانُوْا يَفْرَحُوْنَ فِي الدُّنْيَا
(Bersedekahlah untuk orang-orang yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Allah telah mewakilkan para malaikat untuk membawa sedekah orang yang hidup kepada orang yang meninggal. Mereka akan sangat bahagia, bahkan lebih bahagia daripada ketika di dunia.)

Bersedekah dengan Harta yang Halal

Rasulullah SAW bersabda kepada Ali RA:

يَا عَلِيُّ، إِذَا تَصَدَّقْتَ فَتَصَدَّقْ بِأَحْسَنِ مَا عِنْدَكَ
(Wahai Ali, jika kamu bersedekah, bersedekahlah dengan harta yang terbaik yang ada padamu.)

Beliau juga bersabda:

صَدَقَةٌ تُقَدِّمُهَا قَبْلَ مَوْتِكَ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ مِثْقَالٍ يَتَصَدَّقُوْنَ بِهَا بَعْدَ مَوْتِكَ.
(Sedekah yang kamu berikan sebelum meninggal lebih utama daripada seratus mitsqal yang disedekahkan setelah kematianmu.)


Dengan memperbanyak doa dan sedekah, kita tidak hanya memberikan manfaat kepada yang telah meninggal, tetapi juga mendekatkan diri kepada Allah SWT, memperbaiki kehidupan dunia, serta mempersiapkan bekal untuk akhirat. Semoga Allah memberikan ampunan kepada kita, keluarga kita, dan seluruh kaum muslimin, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Shalat

Tafakur