Tentang Cinta, Kerinduan, Kebersamaan, dan Keridhaan
(HR. Tirmidzi, no. 3235)
Misalnya, kita mencintai kitab ini karena melalui kitab ini kita dapat belajar mencintai Allah Swt.
Kita mencintai mobil dan motor karena keduanya dapat membantu kita dalam mencapai tujuan mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Kita bahkan mencintai orang yang menzhalimi kita, karena dengan memaafkan mereka, Allah akan meninggikan derajat kita di sisi-Nya.
Barangsiapa yang senang berjumpa dengan Allah, maka Allah pun senang berjumpa dengannya.
Aisyah berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa yang senang berjumpa dengan Allah, maka Allah pun senang berjumpa dengannya. Dan barangsiapa yang benci berjumpa dengan Allah, maka Allah pun benci berjumpa dengannya."
Aku (Aisyah) bertanya, "Wahai Nabi Allah, apakah maksudnya membenci kematian? Bukankah setiap dari kita membenci kematian?"
Beliau bersabda, "Bukan begitu. Tetapi seorang mukmin, apabila diberi kabar gembira dengan rahmat, ridha, dan surga Allah, ia senang berjumpa dengan Allah, maka Allah pun senang berjumpa dengannya. Sebaliknya, seorang kafir, apabila diberi kabar dengan siksa dan murka Allah, ia benci berjumpa dengan Allah, maka Allah pun benci berjumpa dengannya."Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.
ٱلْمَحَبَّةُ تَابِعَةٌ لِلْمَعْرِفَةِ
"Cinta itu mengikuti (atau bergantung pada) pengetahuan."
Cinta kepada Allah (محبة الله) tumbuh dari ma'rifah (pengetahuan) tentang sifat-sifat-Nya, kebesaran-Nya, dan nikmat yang telah diberikan-Nya. Tanpa mengenal Allah dengan baik, cinta kepada-Nya tidak dapat terbangun dengan kuat.
Hal yang sama berlaku dalam cinta kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Semakin seseorang memahami perjuangan, akhlak, dan ajaran Rasulullah, semakin besar cinta yang tumbuh di hatinya.
Manusia pada dasarnya paling mencintai dirinya sendiri. Contohnya, pada zaman Nabi Nuh 'alaihissalam ketika terjadi banjir besar, dikisahkan ada seorang ibu yang sedang kebanjiran. Awalnya, ia meletakkan bayinya di atas kepalanya untuk melindunginya dari air. Namun, ketika air sudah mencapai kepala sang ibu, ia justru meletakkan bayinya di kakinya sebagai injakan untuk menyelamatkan dirinya sendiri.
Cinta itu karena dua hal:
Yang pertama karena perbuatannya (فعل):
Cinta yang muncul karena perbuatan seseorang, seperti kebaikan, kemurahan hati, atau amal-amal baik yang dia lakukan. Dalam hal ini, perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh orang tersebut menjadi sebab utama munculnya cinta kepada mereka.Yang kedua karena orang tersebut sendiri (ذات):
Cinta yang timbul karena sosok atau pribadi orang tersebut, tanpa memperhatikan perbuatan mereka. Dalam hal ini, cinta datang karena kualitas atau karakter pribadi orang tersebut yang menarik, seperti kepribadiannya yang baik, kebaikan hati, atau ketulusan dalam bersikap.
أَعْظَمُ مَنْ
أَحْسَنَ إِلَيْنَا هُوَ اللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى:
- اللهُ
خَلَقَنَا.
- اللهُ
حَفِظَنَا.
- اللهُ
رَزَقَنَا بِالطَّعَامِ وَالشَّرَابِ وَجَمِيعِ وَسَائِلِ الْحَيَاةِ.
- اللهُ
هَدَانَا إِلَى الطَّرِيقِ الْمُسْتَقِيمِ.
- اللهُ
سَتَرَ عُيُوبَنَا عَنْ أَعْيُنِ النَّاسِ.
- إِذَا
أَطَعْنَا اللهَ، يُجَازِينَا بِالثَّوَابِ.
- اللهُ
يَغْفِرُ ذُنُوبَنَا إِذَا تُبْنَا إِلَيْهِ تَوْبَةً نَصُوحًا.
وَعَلَى
النَّقِيضِ، أَشَدُّ مَنْ أَسَاءَ إِلَى أَنْفُسِنَا هُوَ النَّفْسُ
الْأَمَّارَةُ بِالسُّوءِ، وَالطَّرِيقَةُ لِتَجَنُّبِهَا هِيَ بِعَدَمِ
طَاعَتِهَا.
Yang paling baik kepada kita adalah Allah Subhanahu wa
Ta'ala.
- Allah
menciptakan kita.
- Allah
menjaga kita.
- Allah
memberi kita makan, minum, dan berbagai fasilitas kehidupan.
- Allah
memberikan petunjuk agar kita hidup di jalan yang benar.
- Allah
menutupi aib kita dari pandangan orang lain.
- Jika
kita taat kepada-Nya, Allah membalasnya dengan pahala.
- Allah
mengampuni dosa-dosa kita jika kita bertaubat dengan sungguh-sungguh.
Sebaliknya, yang paling jahat terhadap diri kita adalah nafsu
ammarah (nafsu yang mendorong kepada keburukan). Cara menjauhinya adalah
dengan tidak mentaatinya.
Ada orang yang sholat karena takut masuk neraka,
Ada yang sholat untuk masuk surga,
Namun, ada juga yang sholat karena cinta kepada Allah.
Seperti kita memiliki karyawan:
- Ada yang taat kepada kita karena rasa takut.
- Ada yang taat karena khawatir tidak digaji (mengharapkan upah).
- Ada yang taat karena cinta kepada kita.
Pernahkah kita merenungkan, apakah ibadah kita—seperti shalat dan sedekah—dilakukan karena cinta kepada Allah Swt.?
Ataukah jangan-jangan ibadah kita hanya karena takut kepada api neraka atau sekadar mengharapkan pahala surga?
Keindahan itu memberi ketenangan.
Kenapa kita merasa tenang ketika mengingat Allah?
Karena Allah itu indah.
Firman-Nya:
(أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ)
"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra'du: 28)
Keindahan itu bisa dirasakan terhadap sesuatu atau seseorang yang tidak pernah kita lihat, rasakan, atau sentuh, seperti cinta kepada Imam Syafi'i (cinta kepada ilmunya yang luas, akalnya yang cerdas, dan ketaqwaannya yang mulia). Semua itu bisa dirasakan dengan hati.
Cinta yang tidak dihubungkan dengan Allah adalah kebodohan.
Tanda bahwa kita telah banyak mengumpulkan pahala dan tabungan di akhirat adalah ketika kita merindukan kematian.
Orang yang rindu akan kematian adalah mereka yang siap untuk bertemu dengan Allah Swt. karena mereka merasa telah beramal baik dan mengumpulkan pahala yang cukup sebagai bekal di akhirat.
Jika seseorang takut mati, maka itu menunjukkan bahwa ia belum banyak mengumpulkan pahala dan tabungannya untuk akhirat.
Takut akan kematian sering kali muncul pada orang yang merasa belum siap menghadapi kehidupan setelah mati, yang disebabkan oleh kurangnya amal baik atau penyesalan atas perbuatan yang tidak sesuai dengan tuntunan agama.
Imam Al-Ghazali menyatakan bahwa su'ul khatimah terbagi menjadi dua:
- Orang yang kehilangan iman sebelum nyawanya berpisah dari tubuhnya.
Orang seperti ini adalah mereka yang di akhir hayatnya tergelincir dari keimanan karena terjebak dalam dosa atau keraguan. - Orang yang meninggal dalam keadaan masih mencintai dunia.
Mereka lebih mengutamakan dunia hingga akhir hayatnya, sehingga lupa mempersiapkan bekal untuk akhirat.
Sedangkan husnul khatimah adalah:
- Keadaan seseorang yang rela dan ridha meninggalkan dunia untuk menghadap Allah Swt.
Orang dengan husnul khatimah telah mempersiapkan dirinya dengan iman yang kokoh, amal saleh, dan ketundukan sepenuhnya kepada Allah Swt.
Komentar
Posting Komentar